Acara study banding ke Bali menjadi kesempatan
mahasiswa program studi Manajemen Dakwah UIN Surabaya untuk berinteraksi
langsung dengan masyarakat dan mengimplementasikan keilmuan yang sudah didapat
di bangku kelas.
Sabtu,
(21/05/16) Program Studi (Prodi) Manajemen Dakwah (MD) Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya (UINSA) mengadakan acara study banding ke daerah Bali.
Acara ini diikuti oleh
Mahasiswa semester 2 prodi MD UINSA angkatan 2015. Acara ini berawal dari mata kuliah Ilmu Ekonomi yang berupaya menciptakan suasana belajar yang baru dan berbeda. “Kita menciptakan suasana belajar di luar kelas dengan mengadakan study banding agar mahasiswa bisa terjun langsung kepada masyarakat” ungkap Dr. H. Ah. Ali Arifin, MM, selaku dosen mata kuliah pengantar ilmu ekonomi prodi MD UINSA. Beberapa tempat yang dijadikan objek kunjungan adalah Pondok Pesantren Laraiba, Perusahaan Lilin di daerah Tabanan Bali, dan Pondok Pesantren Al-Hidayah. Tidak hanya fokus kepada kunjungan study banding saja, melainkan study banding kali ini disertai dengan mengunjungi tempat-tempat wisata indah di Bali seperti wisata kera alas kedaton, danau bedugul, dan tanah lot.
Mahasiswa semester 2 prodi MD UINSA angkatan 2015. Acara ini berawal dari mata kuliah Ilmu Ekonomi yang berupaya menciptakan suasana belajar yang baru dan berbeda. “Kita menciptakan suasana belajar di luar kelas dengan mengadakan study banding agar mahasiswa bisa terjun langsung kepada masyarakat” ungkap Dr. H. Ah. Ali Arifin, MM, selaku dosen mata kuliah pengantar ilmu ekonomi prodi MD UINSA. Beberapa tempat yang dijadikan objek kunjungan adalah Pondok Pesantren Laraiba, Perusahaan Lilin di daerah Tabanan Bali, dan Pondok Pesantren Al-Hidayah. Tidak hanya fokus kepada kunjungan study banding saja, melainkan study banding kali ini disertai dengan mengunjungi tempat-tempat wisata indah di Bali seperti wisata kera alas kedaton, danau bedugul, dan tanah lot.
Tujuan
observasi pertama adalah di Pondok Pesantren Laraiba. Latar belakang yang
membuat mahasiswa prodi MD UINSA megunjungi pondok ini karena karismatiknya
yang berbeda dengan pesantren pada umunya. Pondok pesantren yang didirikan oleh
Ketut Imaduddin Djamal ini berdiri di antara pure tempat ibadah orang Hindhu. Dan
masyarakat sekitar yang tinggal dekat pesantren mayoritas menganut agama
Hindhu. “Disinilah letak kenikmatan islam sebenarnya. Dimana islam berdiri di
antara orang-orang asing yang tidak mengenalnya” ungkap Siti Lutfiah, mahasiswa
prodi MD UINSA selaku peserta study banding.
Pesantren
Laraiba mampu menanamkan nilai keislaman kepada para santrinya meski lokasi di
sekitar pesantren didominasi oleh
orang-orang non islam. Hal tersebut bukan menjadi faktor untuk membuat
pesantren Laraiba menjadi pesantren yang maju dan berkembang. Dalam sejarah kemajuan
yang sudah tercatat, Pondok Pesantren Laraiba sudah berhasil mendirikan
beberapa lembaga pendidikan formal yang mencetak generasi penerus yang hebat. Mulai
dari Mts, MA, SMK, TPQ, dan Madin. Prestasi yang sudah dicapai santri Pondok
Pesantren Laraiba juga tidak sedikit. Banyak dari santrinya berhasil menjuarai
lomba baik di bidang akademik maupun non akademik tingkat daerah sampai tingkat
nasional.
Kemudian
tujuan selanjutnya adalah kunjungan ke perusahaan lilin. Perusahaan yang didirikan
sekitar tahun 2000 ini sukses membawahi karyawan yang banyak. Perusahaan lilin
ini memiliki produk yang beragam. Mulai dari tempat lilin berbentuk hewan,
bunga, hiasan, dan masih banyak lagi yang unik. Hasil dari produknya sudah dipercayai
oleh masyarakat mancanegara. Rata-rata produk yang dihasilkan banyak yang
diekspor ke luar negeri daripada dijual di dalam negeri sendiri.
Perusahaan yang berdiri di lahan yang tidak terlalu
luas itu telah memberikan kontribusi banyak kepada masyarakat. Masyarakat
banyak yang terangkat perekonomiannya dengan berdirinya perusahaan tersebut. “Seandainya
perusahaan ini tidak ada mungkin saya tidak mempunyai penghasilan” ungkap
Sriyani, karyawan di perusahaan lilin tersebut. “Dari contoh kesuksesan di perusahaan
lilin ini diharapkan mahasiswa prodi MD UINSA bisa mempunyai inisisatif untuk
berwirausaha ke depannya” ungkap Dr. H. Ah. Ali Arifin, MM, dosen mata kuliah
ilmu ekonomi prodi MD UINSA.
Sedangkan
objek observasi yang terakhir adalah Pondok Pesnatren Al-Hidayah yang lokasinya
tepat berada di atas Danau bedugul. Pondok Pesantren Al-Hidayah ini didirikan
oleh Tuan Guru Halimun di daerah Candi Kuning dua. Daerah Candi Kuning dulunya
merupakan cikal bakal agama islam dan hindhu. Namun akhirnya dipisah menjadi
dua daerah. Candi Kuning satu ditempati oleh masyarakat penganut agama hindhu.
Dan Candi Kuning dua ditempati oleh masyarakat penganut agama islam.
Pondok Pesantren Al-Hidayah terbagi menjadi
tiga bagian. Pertama pondok pesantren untuk kegiatan belajar mengajar, kedua
tempat usaha kesejahteraan sosial, dan yang ketiga adalah usaha ekonomi
produktif seperti usaha depot makanan, toko, tempat parkir, toilet. Mahasiswa
prodi MD UINSA juga mendapat kehormatan tersendiri karena sekaligus bisa
mengunjungi kebun strawberry yang masih milik Pondok Pesantren Al Hidayah.
Kesempatan emas digunakan untuk melakukan pengamatan budidaya tanaman. Di aula
pertemuan kebun strawberry mahasiswa prodi MD UINSA mendapat materi tentang
berwirausaha mulai dari penanaman sampai proses penjualan produk ke masyarakat.
Dari
acara study banding ini telah memberikan manfaat banyak kepada mahasiswa prodi
MD UINSA. “Banyak hal yang sudah saya dapatkan dari acara study banding ini.
Mulai dari proses untuk tetap berdakwah dan mensyiarkan islam sampai cara
berwirausaha yang sukses”. Ungkap Rosyidatul Adibah, mahasiswa prodi MD UINSA.
Bahkan tidak sedikit mahasiswa yang meminta diadakan study banding lagi. “Kalau
bisa adakan lagi acara seperti ini” Ungkap Shella Marandha, mahasiswa prodi MD
UINSA. Menurut pak Ali selaku dosen prodi MD UINSA, semester depan akan
diadakan kunjungan lagi ke tempat yang lebih bagus dengan lokasi tujuan di
Bandung dan Bogor.
Penulis
Oktaviani Putri Dita A.
No comments:
Post a Comment