DAMAILAH INDONESIA KU

Saturday, December 5, 2015



4 bulan berada di kota motropolitan penulis rasa masih belum cukup untuk mengenal lebih dalam ke hiruk-pihukan dan kesesakan manusia. Akan tetapi, dangkalnya waktu penulis berada di kota ini telah menampung beberapa yang penulis ingin sampaikan ditulisan ini.

“Manusia merupakan makhluk sosial”, ini merupakan sebuah kalimat yang tidak asing lagi bagi kita. Anda mungkin pernah membaca di sebuah surat kabar, buku, artikel atau mendengar langsung di televisi dan radio, atau mungkin anda baru pertama kali membacanya lewat tulisan ini. Yaa!!
Manusia membutuhkan orang lain untuk menyambung hidupnya. Oleh karena itu, semua tindakan kita memerlukan dukungan. Lalu bagaimana cara mendapatkan dukungan dari orang lain? Misalnya Ibu shinta dan Istri Gusdur, beliau-beliau adalah orang-orang yang sangat disegani oleh orang-orang disekelilingnya, sehingga tidak sedikit orang-orang disekelilingnya yang mendukung setiap tindakan yang dilakukan. Hal tersebut karena sifat beliau yang selalu memikirkan kepentingan orang banyak. Itu adalah salah satu bentuk  hidup sosial. Namun, pada kenyataannya orang yang mementingkan orang banyak dapat di hitung dengan jari saja, sehingga untuk memperoleh dukungan perlu sogokan dengan iming-iming what’is for me?. Inilah  jalan akhirnya yaitu dengan sogokan. (Bukan selokan :D)

 Salah satu berita terburuk yang kita terima adalah tidak ada orang yang perduli terhadap masalah kita, tidak ada orang yang mau menolong kita, bukankah begitu? Pada jaman ini, merupakan hal yang lumrah dengan yang namanya sogokan. Kita akan terasa aneh ketika menghindari sogokan, ini artinya sogokan sudah mendarah  daging di  negara tercinta kita ini. Lalu apa yang terjadi selanjutnya? Berimbas kepada masa depan, kepada kelas bawah atau kaum plotariat, kepada ideologi dan penguasaan secara individu, dan masih banyak lagi. Dari sini kita dapat menggaris-bawahi, bahwa sosial yang diciptakan oleh manusia seharunya tidak seperti sekarang ini, di mana pergolakan terjadi; kecurangan dengan cara licik karena adanya pertentangan kepentingan antara kedua belah pihak. Penulis akan mencontohkan pemilihan pimpinan. Jika sistem yang salah tersebut diterapkan, maka penekanan kepada bawahan tidak dapat dipungkiri meski negara kita adalah negara demokratis. Namun, orang-orang pilihan yang dipilih dari penyogokan sudah mempunyai strategi jitu yang sudah terkonsep cantik dan sangat begitu rapi. Banyak sekali kaum plotariat yang telah menjadi korban. Seperti hasil upah yang diberikan pada kaum plotariat, contoh buruh. Upah yang mereka terima tidak sebanding dengan apa yang diberikan buruh. Jika saja kaum borjuis tidak memberikan penekanan mekanisme alienasi untuk income perusahaan dan memperdulikan upah setara dan keselamatan dalam bekerja, maka akan jadi lebih baik, sehingga tembok pertentangan bisa roboh dan mereka saling berjabat tangan menebar senyum solidaritas.

Di dalam tulisan ini, penulis tidak akan membela salah satu pihak, namun hanya saja saja miris ketika sebuah team saling mengambil keuntungan antar individu. Akan jadi lebih baik jika kita berfikir sebuah cara dan solusi yang tidak merugikan antar pihak, bahkan menguntungkan semuanya. Karena setiap provesi atau tugas entah itu kaun borjuis atau kaum plotariat masing-masing mempunyai peranan penting yang saling berkaitan dan keuntungan timbal balik dalam mencapai tujuan. Jika saja semua saling menghargai antar usaha dan mau mancari solusi bersama-sama pasti akan mempunyai pikiran, bahwa kaum plotariat dan kaum buruh mempunyai peranan penting. Bilamana kaum itu sendiri di didik bukan hanya sengaja dicipta untuk bermental konsumtif, maka kaum buruh tersebut mempunyai kemampuan lebih dalam menjalankan tugas dan peranannya. Tapi, hanya gara-gara sosok pemimpin yang salah, semua itu berbalik 180 % . Sungguhlah amat miris kesalahan klasik yang telah menjadi budaya dan suatu hal yang lumrah.

Solusinya bagaimana? jangan pernah lari dari hati nurani! Jangan biarkan hati nurani kita meninggalakan mu, ya kecuali ia punya kaki dan melangkah pergi.

Salam MD....! We are the leader.

Penulis: Wildatul Aluf (Mahasiswa Manajemen Dakwah angkatan 2015)
Editor: Admin :D

3 comments:

  1. Kebebasan berfikir, siapa saja boleh mengungkapkan pendapatnya. karya" penerus bangsa harus dikembangkan .. Good job buat HMP-Manajemen Dakwah :D

    ReplyDelete
  2. Hehehe tulisan ini adalah karya mahasiswa manajemen dakwah angkatan 2015. penerus generasi bangsa. :D

    ReplyDelete
  3. Karena tulisan akan tetap terkenang sepanjang masa 👍

    ReplyDelete

 
FREE BLOG TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS