Sebuah tema yang terlintas dalam pikiran saya
saat-saat ini. Mengapa begitu? Entah kenapa pikiran ini selalu terlintas dalam
benak saya. Hampir 2 tahun saya menimba ilmu di bangku perkuliahan. Namun,
hanya jawaban-jawaban sederhana yang saya temukan.
Perkuliahan adalah tempat menimba ilmu untuk
menunjang masa depan. Serpihan definisi yang mampu mewakili hampir semua tujuan
para mahasiswa. Namun, realitas berbeda dengan teori. Mengapa begitu??
Menurut saya, proses perkuliahan hanya melatih
saya menjadi orang yang mandiri. Segala sesuatu ditimpakan kepada diri sendiri,
bukan malah bergantung terus terhadap orang lain. Kembali pada definisi awal,
yaitu pembelajaran untuk menunjang masa depan. Entah akan seperti apa dunia
luar yang akan kita hadapi nanti.
Maksud dari “bergantung terus terhadap orang
lain” adalah dimana kita hanya menunggu dan menyerahkan segala sesuatu kepada
orang lain saja. Bukan munafik, tapi persoalan ini juga pernah saya alami.
Namun, jika kita tak bisa “move” dari jurang kenistaan, bagaimana kita nanti
menghadapi jurang yang tak berujung? Let’s move together.
Kemandirian itu Jujur. Orang yang mandiri
lepas dari sebuah ketergantungan, yaitu kebohongan. Dan lagi, persoalan ini
pernah saya alami. Tak munafik pula jika hal ini masih saya temukan di sekitar
saya. Mahasiswa tapi bukan mahasiswa. Maksudnya adalah kita mahasiswa yang tak
ubahnya sama seperti pelajar SMA, SMP, dan lainnya, yang mengerjakan sesuatu
dengan asas kebohongan dan mengabaikan sebuah kejujuran. Saya yakin anda
mengerti maksud saya. Come be a better person.
Saya teringat pesan dosen saya yang diberikan
hampir di setiap pertemuan. Yap, sebuah kejujuran. Beliau pernah berkata “lebih
baik mendapat 70, daripada 100 tapi sebenarnya 30”. Sebuah kalimat yang mudah
untuk kita pahami. Buat apa mendapat nilai sempurna tapi itu hanya sebuah
kebohongan. Jika kalian melakukannya, kalian tak hanya membohongi orang lain,
tapi juga membohongi diri kalian sendiri.
Kasus ini sering saya temukan saat ujian
berlangsung. Bukankah ujian itu untuk mengetahui seberapa besar kemampuan kita?
Kalau rendah, maka ditingkatkan. Bukan malah menempuh berbagai jalan pintas
untuk mendapat sebuah kesempurnaan yang fana. Saya tahu, karena saya juga
pernah melakukan ini.
Nilai hanyalah sebuah cetakan di atas kertas.
Bukankah tujuan kita adalah mengukir lukisan yang indah di dunia ini? Let’s
learn together. (saya utarakan hal ini agar saya sendiri malu jika tak berbuat
jujur)
Orang yang mandiri dan jujur pasti percaya
diri. Yap, percaya pada dirinya sendiri, percaya dengan kemampuannya, sehingga
segala kekurangan hampir tak terlihat.
Sedikit bercerita, sebagian teman-teman saya
melihat diri saya ini sebagai orang yang mempunyai tingkat kepercayaan diri
yang tinggi. Bagaimana tidak, bagian-bagian yang berhubungan dengan public
speaking dilimpahkan kepada saya. Padahal saya belum pernah melakukannya
sebelum masuk perkuliahan. Tapi saya percaya dengan kemampuan yang saya miliki.
Toh, terkadang percobaan pertama dapat menghasilkan sesuatu yang luar biasa.
Bukannya untuk menyombongkan diri, tapi jika saya mengajak teman-teman tanpa
bukti, di balik layar itu kalian akan merendahkan saya. Bukan kah seperti itu?
Tonjolkanlah meski sedikit potensi yang kalian miliki (Personal Branding),
daripada berdiam diri dan tak ada yang tahu siapa kalian. Come be yourself and
confident.
Mandiri, Jujur, dan Percaya Diri adalah 3
unsur yang saya sambungkan sendiri. Mungkin sebagian dari kalian tak setuju
dengan pendapat saya. Toh, setiap orang berbeda pandangan. Sebuah jawaban
sederhana dari saya untuk menatap masa depan. Semoga menjadi pandangan baru
untuk teman-teman sekalian.
“Semua Berawal Dari Diri Sendiri”
By: Asep Dika Hanggara (B74213043)
No comments:
Post a Comment